Keinginan memiliki icon batas desa atau gerbang masuk desa sudah sejak lama didambakan oleh warga desa Mojomati, sebagai tanda memasuki wilayah desa Mojomati. puluhan tahun sejak dibongkarnya gapura pintu masuk sebalah barat atau perbatasan antara Desa Mojomati dan Desa Kradenan dikarenakan akses transportasi masuknya alat berat untuk pembangunan jembatan antara desa kradenan dan Desa kutu Wetan terhalang oleh atap gapura desa Mojomati dan sesuai kesepakatan ahirnya dibongkarlah gapura tersebut untuk memperlancar akses masuknya alat berat untuk pembangunan jembatan tersebut, Alhamdulilah di awal tahun 2022 pembangunan tugu batas desa bisa di mulai, Dana yang digunakan adalah swadaya masyarakat dan perangkat desa.

Bagunan ini dikerjakan oleh seniman desa Mojomati yaitu saudara Margo Mulya dan Muhtarom. konsep bangunan tersebut memiliki 3 susunan bangian, setiap bagian akan dihiasi ornamen tertentu . Bagian pondasi atau bawah akan di hiasi aksara jawa yang bertuliskan ” Dwi Astho Tumenggo Ngabekti ” selanjutnya di bagian tengah atau badan bangunan dipasang simbol yang terinspirasi dari lambang Surya Majapahit yang melambangkan kebijaksanaan. Dibagian atas dipasang 3 hiasan mahkota yang dimana semua hiasan memiliki arti atau sebuah pesan yang disampaikan.

Dibagian atas bangunan dipasang juga tulisan hufuf akrelik DESA MOJOMATI yang menyala pada malam hari, sekilas jika anda melihat bangunan ini akan terkesan artistetik paduan seni klasik dan moderen, direncanakan tahun depan pembangunan tersebut akan diteruskan.

pesan yang disampaikan pada tulisan aksara jawa ” Dwi Astho Tumenggo Ngabekti ” Berartikan dengan kedua tangan terbuka siap dengan ikhlas berbakti melayani masyarakat . lambang di tengah ( badan )bangunan berbentuk lingkaran yang bercahaya delapan berartikan kebijaksanaan, dan pada bagian atas terdapar 3 mahkota yang berartikan desa Mojomati terdiri dari dua dukuh yang dipimpin oleh kepala desa.